Minggu, 26 Februari 2012

Keunikan Alat Musik Tradisional Sunda


Keunikan Alat Musik Tradisional Sunda


Bandung, kota ini berada di sebuah area yang pada jaman dahulu disebut dengan Tatar Sunda, sebuah area yang memiliki harta karun terpendam bernama sejarah dan kebudayaan, dan kental sekali terlihat di beberapa daerah di Jawa Barat, tempat bermukim para suku asli Sunda, seperti Baduy, warga Kampung Naga dan warga Ciptagelar.
Salah satu dari sekian banyak jenis alat musik tradisional Jawa Barat, adalah instrumen alat musik berbahan dasar bambu. Namun sayangnya, banyak masyarakat Jabar sendiri tidak tahu potensi dari bambu. Banyak orang Sunda yang tidak mempedulikan musik daerah sendiri, padahal Jabar menyimpan banyak potensi.
Ada berbagai macam alat musik tradisoional Sunda yang terbuat dari bambu, ada pula tari-tarian dan berbagai kuliner khas Indonesia yang semuanya menggunakan bambu. Hampir seluruh daerah di Indonesia beberapa alat music tradisionalnya yang menggunakan bambu.
Begitu juga daerah Jawa Barat (Sunda)

Calung
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calungadalah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).
Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan seni pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung rantay dan calung jinjing.

calung rantay
Calung rantay bilah tabungnya dideretkan dengan tali kulit waru (lulub) dari yang terbesar sampai yang terkecil, jumlahnya 7 wilahan (7 ruas bambu) atau lebih. Komposisi alatnya ada yang satu deretan dan ada juga yang dua deretan (calung indung dan calung anak/calung rincik). Cara memainkan calung rantay dipukul dengan dua tangan sambil duduk bersilah, biasanya calung tersebut diikat di pohon atau bilik rumah (calung rantay Banjaran-Bandung), ada juga yang dibuat ancak “dudukan” khusus dari bambu/kayu, misalnya calung tarawangsa di Cibalong dan Cipatujah, Tasikmalaya, calung rantay di Banjaran dan Kanekes/Baduy.

Calung Jinjing
Adapun calung jinjing berbentuk deretan bambu bernada yang disatukan dengan sebilah kecil bambu (paniir). Calung jinjing terdiri atas empat atau lima buah, seperti calung kingking (terdiri dari 12 tabung bambu), calung panepas (5 /3 dan 2 tabung bambu), calung jongjrong(5 /3 dan 2 tabung bambu), dan calung gonggong (2 tabung bambu). Kelengkapan calung dalam perkembangannya dewasa ini ada yang hanya menggunakan calung kingking satu buah, panempas dua buah dan calung gonggong satu buah, tanpa menggunakan calung jongjrong Cara memainkannya dipukul dengan tangan kanan memakai pemukul, dan tangan kiri menjinjing/memegang alat musik tersebut. Sedangkan teknik menabuhnya antar lain dimelodi, dikeleter, dikemprang, dikempyung, diraeh, dirincik, dirangkep (diracek), salancar, kotrek dan solorok.

Angklung
Angklung adalah alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat, terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar.

Angklung yang merupakan alat musik tradisional berasal dari bambu, biasa menggunakan jenis bambu hitam (awi wulung) dan bambu putih (awi temen). Alat musik ini dibentuk menjadi tabung-tabung sebagai ruas yang akan dimainkan (dengan cara digoyang), terdiri atas beragam jenis mulai yang terkecil hingga terbesar.

Angklung biasa dimainkan oleh masyarakat Jawa Barat. Konon, dulu kerap dipakai saat ritual untuk menarik perhatian Dewi Padi (Sri Pohaci) untuk turun ke Bumi agar dapat menyuburkan tanaman padi di sawah.

Asal-usul penciptaan alat musik angklung pun dipercaya tidak jauh dari ritual bertanam padi tersebut. Tradisi masyarakat Sunda yang mempunyai mata pencaharian dari bertani sangat mempercayai kehadiran Sri Pohaci sebagai pemberi kehidupan (dikenal dengan tradisi hirup hurip). 

Tradisi permainan angklung merupakan pengiring untuk alunan senandung untuk ritual terhadap Dewi Padi tersebut, melahirkan musik dan lagu yang khas. Selain itu, ritual penghormatan terhadap Dewi Padi juga dimaksudkan untuk ritual penolak bala dan bencana (ritual nyinglar), sawah mereka dihindarkan dari hama dan bencana. Musik angklung mengiringi pula saat dilakukan panen padi.

Perkembangan selanjutnya, alat musik tradisional angklung meluas hingga ke seantero Jawa dan seluruh penjuru Indonesia. Bahkan, dewasa ini, angklung telah dikenal di mancanegara, seperti yang telah diklaim oleh negara tetangga kita bahwa angklung merupakan warisan budaya mereka.

Kita patut berbangga hati karena pada 18 November 2010 badan kebudayaan dunia UNESCO menetapkan angklung sebagai alat musik warisan Indonesia untuk dunia. Angklung, jelas alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat, Indonesia.
Angklung Hamburg – Indonesian Day – Pileuleuyan


Karinding
Akrabkah kamu dengan kata Karinding? Yaps, Karinding merupakan sebuah alat musik yang telah beredar di masyarakat Tatar Sunda sejak abad ke-15. Terbuat dari pelepah pohon Enau (kawung) atau sebilah bambu berdimensi 10 x 2 cm, Karinding mengeluarkan suara unik yang konon menyerupai bunyi nyaring serangga yang biasa hidup di air sawah.

Di suku-suku asli Sunda, biasanya Karinding ini digunakan untuk memikat hati lawan jenis, karena dibutuhkan kepekaan rasa dan dari “hati” dalam memainkan alat musik yang luar biasa ini. Dan anehnya lagi, alat musik ini dimainkan dengan cara mendekatkannya ke mulut untuk kemudian memukul salah satu ujungnya dengan jari, dan nada yang diperoleh pun berbeda-beda, tergantung dari bentuk rongga mulut seseorang. Ahay, keren banget bukan? Karinding memang nyaris terlupakan.

Kacapi
Kacapi adalah alat musik tradisional yang merupakan alat musik kelasik yang selalu mewarnai beberapa kesenian di tanah Sunda . Membuat kecapi bukanlah hal gampang. Meski sekilas tampak kecapi seperti alat musik sederhana, tetapi membuatnya tidaklah gampang. Untuk bahan bakunya saja terbuat dari kayu Kenanga yang terlebih dahulu direndam selama tiga bulan. Sedangkan senarnya, kalau ingin menghasilkan nada yang bagus, harus dari kawat suasa (logam campuran emas dan tembaga), seperti kecapi yang dibuat tempo dulu.

Berhubung suasa saat ini harganya mahal, senar Kecapi sekarang lebih menggunakan kawat baja.

Nada dalam kecapi sunda memiliki 5 ( pentatonis ) tangga nada yaitu Da, Mi, Na, Ti, La, .
Pasangan alat musik kecapi sunda ini biasanya adalah suling sunda yang terbuat dari bambu. Alunan musik yang mengalir akan terasa mempesona pada telinga kita jika di mainkan keduanya. Kalau saya sendiri suka rindu akan kampung halaman.

Kacapi Parahu
adalah suatu kotak resonansi yang bagian bawahnya diberi lubang resonansi untuk memungkinkan suara keluar. Sisi-sisi jenis kacapi ini dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai perahu. Di masa lalu, kacapi ini dibuat langsung dari bongkahan kayu dengan memahatnya.

Kacapi siter
merupakan kotak resonansi dengan bidang rata yang sejajar. Serupa dengan kacapi parahu, lubangnya ditempatkan pada bagian bawah. Sisi bagian atas dan bawahnya membentuk trapesium.

Untuk kedua jenis kacapi ini, tiap dawai diikatkan pada suatu sekrup kecil pada sisi kanan atas kotak. Mereka dapat ditala dalam berbagai sistem: pelog, sorog/madenda, atau salendro
Saat ini, kotak resonansi kacapi dibuat dengan cara mengelem sisi-sis enam bidang kayu.
Menurut fungsinya dalam mengiringi musik, kacapi dimainkan sebagai:1. Kacapi Indung (=kacapi induk); dan
2. Kacapi Anak atau Kacapi Rincik
 

Kacapi indung memimpin musik dengan cara memberikan intro, bridges, dan interlude, juga menentukan tempo. Untuk tujuan ini, digunakan sebuah kacapi besar dengan 18 atau 20 dawai.

  Kacapi rincik
 

Kacapi rincik memperkaya iringan musik dengan cara mengisi ruang antar nada dengan frekuensi-frekuensi tinggi, khususnya dalam lagu-lagu yang bermetrum tetap seperti dalam kacapi suling atau Sekar Panambih. Untuk tujuan ini, digunakan sebuah kacapi yang lebih kecil dengan dawai yang jumlahnya sampai 15.
  Penalaan dan NotasiKacapi menggunakan notasi degung. Notasi ini merupakan bagian dari sistem heptachordal pelog. Lihat tabel berikut:Pelog degung Sunda Pelog Jawa
1 (da) 6
2 (mi) 5
3 (na) 3
4 (ti) 2
5 (la) 1banyak orang (terutama yg berasalah dr tanah Parahyangan) mengatakan, jika kecapi suling sunda dimainkan maka imajinasi kita adalah suatu perkampungan yang masih terhampar luas sawah-sawah, aktifitas para petani, gunung yang hijau dan pepohonan di tengan sawah. Bagaimana dengan anda ?
Suling  Bambu / Suling Sunda
Hampir seluruh wilayah Indonesia ada alat Musik Suling dari Bambu,  umumnaya yang paling dikenal  adalah alat musik Suling Sunda.
Alat musik ini adalah alat musik tiup terbuat dari bambu Tamiang, salah satu jenis bambu yang tipis dan diameter kecil sehingga cocok untuk dibuat seruling, suling Sunda disebut ‘suling’ yang biasa menemani Kacapi, gamelan dan gamelan Tembang Sunda, suara yang dihasilkan sangat unik dan membangkitkan jiwa pendengar, itu karena skala nada seruling dan jiwa pemain suling.

Oleh karena itu mari alat musik tradisional Suling Bambu  dari Sunda ini harus kita lestarikan agar tidak diklaim oleh bangsa lain



Gamelan Degung
Ada beberapa gamelan yang pernah ada dan terus berkembang di Jawa Barat, antara lain Gamelan Salendro, Pelog dan Degung. Gamelan salendro biasa digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang, tari, kliningan, jaipongan dan lain-lain. Gamelan pelog fungsinya hampir sama dengan gamelan salendro, hanya kurang begitu berkembang dan kurang akrab di masyarakat dan jarang dimiliki oleh grup-grup kesenian di masyarakat. Hal ini menandakan cukup terwakilinya seperangkat gamelan dengan keberadaan gamelan salendro, sementara gamelan degung dirasakan cukup mewakili kekhasan masyarakat Jawa Barat. Gamelan lainnya adalah gamelan Ajeng berlaras salendro yang masih terdapat di kabupaten Bogor, dan gamelan Renteng yang ada di beberapa tempat, salah satunya di Batu Karut, Cikalong kabupaten Bandung. Melihat bentuk dan interval gamelan renteng, ada pendapat bahwa kemungkinan besar gamelan degung yang sekarang berkembang, berorientasi pada gamelan Renteng.
Bonang
Satu set sepuluh sampai empat-belas gong- gong kecil berposisi horisontal yang disusun dalam dua deretan, diletakkan di atas tali yang direntangkan pada bingkai kayu. Pemain duduk di tengah-tengah pada sisi deretan gong beroktaf rendah, memegang tabuh berbentuk bulat panjang di setiap tangan.
Ada tiga macam bonang, dibeda-bedakan menurut ukuran, wilayah oktaf, dan fungsinya dalam ansambel.

Bonang Barung :
Bonang berukuran sedang, beroktaf tengah sampai tinggi, adalah salah satu dari instrumen-instrumen pemuka dalam ansambel.
Khususnya dalam teknik tabuhan pipilan, pola-pola nada yang selalu mengantisipasi nada-nada yang akan datang dapat menuntun lagu instrumen-instrumen lainnya.
Pada jenis gendhing bonang, bonang barung memainkan pembuka gendhing (menentukan gendhing yang akan dimainkan) dan menuntun alur lagu gendhing.
Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, bonang barung tidak berfungsi sebagai lagu penuntun; ia membentuk pola-pola lagu jalin-menjalin dengan bonang panerus, dan pada aksen aksen penting bonang boleh membuat sekaran (lagu-lagu hiasan), biasanya di akhiran kalimat lagu.Bonang

Panerus
Bonang yang paling kecil, beroktaf tinggi.
Pada teknik tabuhan pipilan, bonang panerus berkecepatan dua kali lipat dari pada bonang barung.
Walaupun mengantisipasi nada-nada balungan, bonang panerus tidak berfungsi sebagai lagu tuntunan, karena kecepatan dan ketinggian wilayah nadanya.
Dalam teknik tabuhan imbal-imbalan, bekerja sama dengan bonang barung, bonang panerus memainkan pola-pola lagu jalin menjalin.

Ikat Kepala Hip Sunda
Bila kamu memperhatikan para seniman atau musisi yang sangat memegang peranan di kota Bandung ini, kamu wajib juga melirik ke arah penutup kepala yang mereka kenakan. Banyak di antara mereka yang menggunakan selembar kain dengan warna hitam sebagai dasarnya dan berwarna biru pada motif batiknya, kawan! Ternyata oh ternyata, ikat kepala hip tersebut berasal dari kostum sehari-hari yang dikenakan oleh para warga suku Baduy luar, pembaca! Biasanya, para warga Baduy Luar ini mengenakan baju Kampret yang mereka tenun sendiri, ditemani dengan sang ikat kepala yang sangat menjamur di kalangan anak muda Bandung. Salah satu bukti otentik atas penyebaran tren tradisional dan isu budaya yang menjamur dari mulut ke mulut. Ciamik!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar